Senin, 28 Maret 2011

SEBAB-SEBAB KENAKALAN PADA ANAK DAN PENANGGULANGANNYA


SEBAB-SEBAB KENAKALAN PADA ANAK DAN PENANGGULANGANNYA


Makalah Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dan Disampaikan Dalam Diskusi Mata Kuliah

Psikologi Agama

SEMESTER IV




DISUSUN OLEH :

                      SAMSUL HUDA


Program Study Strata 1 ( S1 )
Pendidikan Agama Islam ( PAI )


DOSEN PEMBIMBING :

H. Muchsinin.,Drs.,M.Ag


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WIRALODRA INDRAMAYU
 2010


KATA PENGANTAR


            Assalammu’laikum wr.wb
            Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Shalawat dan salam bagi junjungan Nabi Muhammad SAW. Beserta para sahabat dan keluarganya. Penyusunan Makalah bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Psikologi Agama pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam. Adapun judul Makalah ini adalah “Sebab-sebab Kenakalan Pada Anak dan Penanggulangannya”.
Dalam penulisan Makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan, serta informasi baik pemikiran maupun orientasinya.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan .
Semoga Makalah ini tercatat sebagai amal saleh dan menjadi motifator bagi penulis untuk menyusun makalah lain yang lebih baik dan bermanfaat bagi kita, Amin.
Wassalamu’alaikum wr.wb.



Indramayu, 13  April   2010


Penyusun
DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
URAIAN PERMASALAHAN KENAKALAN PADA ANAK DAN PENANGGULANGANNYA            1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan Pembahasan.......................................................................... 2
URAIAN TEORI KENAKALAN PADA ANAK DAN PENANGGULANGANNYA          3
A.    Kenakalan pada anak............................................................................... 3
2.1 pengertian kenakalan pada anak....................................................... 3
2.2 sebab-sebab terjadinya kenakalan pada anak.................................... 4
2.3 faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan pada anak.................. 5
B.     Penanggulangan kenakalan pada anak..................................................... 8
2.4 upaya penanggulanngan kenakalan pada anak................................. 8
2.5 langkah-langkah penanggulangan kenakalan pada anak................... 9
ULASAN MENGENAI SEBAB KENAKALAN PADA ANAK.......... 19
KESIMPULAN .......................................................................................... 20
DAFTAR KEPUSTAKAAN..................................................................... 21


URAIAN PERMASALAHAN KENAKALAN PADA ANAK DAN PENANGGULANGANNYA

1.1  Latar Belakang
Ilmu dan teknologi yang terus berkembang semakin menunjukkan kelasnya sejalan dengan perkembangan manusia pola kehidupan pun semakin bergeser pada pola yang semakin universal. Suatu permasalahan yang sering muncul di masyarakat adalah berkisar tentang permasalahan remaja, pendidikan, dan pergaulan masyarakat. Perubahan zaman telah mengubah gaya hidup para remaja, terutama di kota-kota besar. Kebanyakan remaja sekarang sangat aktif melahap media.
Bagi anak remaja, sangat diperlukan adanya pemahaman, pendalaman, serta ketaatan terhadap ajaran agama yang di anut. Kenyataan sehari-hari menunjukan bahwa anak-anak remaja yang melakukan kejahatan sebagian besar kurang memahami norma-norma agama, bahkan mungkin lalai menunaikan perintah-perintah agama.[1]
Apabila orang tua kurang memperhatikan masalah ini, maka akan berakibat tidak harmonisnya hubungan antara orang tua dan anak. Akhirnya anak akan mencari jalan hidupnya sendiri. Bukan rahasisa lagi bahwa hal ini banyak terjadi pada keluarga tingkat menengah keatas karena kesibukan orang tua.
Berkenaan dengan kewajiban memelihara dan mendidik tersebut terdapat dalam firman Allah SWT. Surat At-Tahriim [66]: 6:

dalam firman Allah SWT. Surat At-Tahriim [66]: 6:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS. At-Tahriim [66]: 6)
1.2  Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini kami merumuskan beberapa permasalahan yang kami anggap penting dalam mata kuliah Psikologi Agama, yaitu :
1.    Apa yang menyebabkan kenakalan pada anak ?
2.    Faktor apa yang mempengaruhi kenakalan pada anak ?
3.    Bagaimana penanggulangan kenakalan pada anak ?
4.    Langkah apa saja dalam penanggulangan kenakalan pada anak ?
1.3 Tujuan Pembahasan
Tujuan penulisan makalah yang kami buat yaitu :
1.      Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa agar dapat memecahkan suatu permasalahan kenakalan pada anak dalam kesehariannya.
2.      Meminimalisasi penyimpangan-penyimpangan pada perilaku anak/remaja yang salah, seperti: tawuran, tindakan kriminal, penyalahgunaan narkoba dan narkotika sek bebas, dan lain-lain.
3.      Menjadikan iman dan takwa sebagai sarana yang paling ampuh dalam upaya mencegah perilaku kenakalan pada anak/remaja



URAIAN TEORI KENAKALAN PADA ANAK DAN PENANGGULANGANNYA



A.    Pengertian Kenakalan pada Anak
2.1 Pengertian kenakalan
      Istilah baku tentang kenakalan remaja dalam konsep psikologi adalah juvenily delinquency. Secara etimologis dapat dijabarkan bahwa juvenile berarti anak. Jika meenyangkut subjek/pelaku, maka juvenile delinquency berarti anak penjahat atau anak jahat.[2]
Menurut B Simanjuntak, kenakalan siswa adalah perbuatan anak yang melanggar norma-norma, baik norma sosial, norma hukum, norma kelompok, mengganggu ketentraman masyarakat sehingga yang berwajib mengambil tindakan pengasingan.[3]
Kenakalan anak/remaja merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik norma hukum maupun norma sosial. Menurut Paul Moedikdo,SH kenakalan remaja adalah
1.      perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak  merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
2.  Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk
     menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
3.  Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
2.2  Sebab-sebab terjadinya kenakalan pada anak
Kenakalan anak/remaja sebagai suatu fenomena sosial yang terjadi di sekitar kita dapat timbul karena disebabkan oleh beberapa hal. Sebab-sebab timbulnya kenakalan remaja antara lain:
  1. Lemahnya pendidikan agama di lingkungan keluarga;
  2. Kemerosotan moral dan mental orang dewasa;
  3. Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik;
  4. Adanya dampak negatif dari kemajuan teknologi;
  5. Tidak stabilnya kondisi sosial, politik, ekonomi.
Secara luas, sebab-sebab kenakalan remaja dapat kita bedakan menjadi dua, yaitu sebab intern dan sebab ekstern. Sebab intern berasal dari pribadi remaja itu sendiri, sedangkan sebab ekstern datang dari lingkungan sekitar remaja. Yang tergolong sebab yang datang dari pribadi remaja itu sendiri (sebab intern) diantaranya:
  1. Cacat keturunan yang bersifat biologis dan psikis
  2. Kurang mampu mengadakan penyesuaian dengan lingkungan-lingkungan yang baik, sehingga mencari pelarian dan kepuasan
  3. Ketidak seimbangan pemenuhan kebutuhan pokok dengan keinginan
Sedangkan penyebab yang datang dari luar diri remaja (sebab ekstern) di antaranya:
  1. Rasa cinta dan perhatian yang kurang
  2. Kegagalan pendidikan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat
  3. Pengawasan yang kurang dari orang tua, guru, dan masyarakat
  4. Kurangnya penghargaan terhadap remaja
  5. Cara-cara pendekatan yang tidak sesuai dengan perkembangan remaja.[4]
2.3  faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan pada anak
Selain sebab-sebab yang dapat menimbulkan kenakalan remaja, Banyak faktor yang mempengaruhi kenakalan pada anak yang dapat menyeret mereka pada dekadensi moral dan pendidikan yang buruk di dalam masyarakat yaitu :
a.      Kemiskinan yang menerpa keluarga
 Sebagaimana diketahui, jika anak tidak dapat menikmati sandang dan pangan secara layak didalam rumahnya, tidak mendapatkan orang yang akan memberinya sesuatu yang menunjang kehidupannya, kemudian ia melihat bahwa disekitarnya penuh dengan kemiskinan dan kesusahan, maka anak akan meninggalkan rumah untuk mencari rizki dan bekal penghidupan. Dengan demikian, ia akan mudah diperdaya oleh orang-orang jahat penuh dosa, kejam dan tidak bermoral. Sehingga ia akan tumbuh di alam masyarakat menjadi penjahat berbahaya yang mengancam jiwa, harta, dan kehormatan.
b.      Disharmoni antara Bapak dan Ibu.
Antara masalah fundamental yang dapat menimbulkan kenakalan pada anak adalah suasana disharmoni hubungan antara bapak dan ibu pada banyak kesempatan mereka berkumpul dan bertemu. Ketika anak membuka matanya di dalam rumah. Dan melihat secara jelas terjadinya pertengkaran antara bapak dan ibunya, ia akan lari meninggalkan suasana rumah yang membosankan dan keluarga yang kacau untuk mencari teman bergaul yang dapat menghilangkan keresahannya. jika teman-teman bergaulnya adalah orang-orang yang jahat, maka secara perlahan ia akan terseret ke dalam kenakalan. Dan jatuh dalam akhlaq kebiasaan yang buruk. Bahkan kenakalannya itu dapat bertambah sehingga yang buruk. Bahkan kenakalannya itu dapat bertambah menjelma menjadi perusak negara dan bangsa.
c.       Perceraian dan Kemiskinan sebagai Akibatnya
Di antara masalah fundamental yang sering menimbulkan kenakalan pada anak adalah situasi perceraian dan akibatnya, seperti  berpisahnya anak dan tersia-siakan. Sudah  menjadi kenyataan, bahwa anak yang sejak membukakan matanya didunia ini sudah tidak bertemu ibu  Yang menyayangi dan bapak yang memeliharanya, akan mudah melakukan perbuatan jahat, bahkan akan terdidik dengan kerusakan dan kenakalan lebih negatif lagi, jika sang ibu yang telah diceraikan itu menikah dengan laki-laki lain. Seringkali keadaan ini menyebabkan anak melakukan terlunta-lunta tidak terabaikan dan berusaha lari dari rumah. Problems lain adalah jatuhnya si ibu ke dalam kemiskinan setelah diceraikan oleh suaminya. Di dalam situasi seperti ini. Ia terpaksa bekerja di luar rumah. la harus meninggalkan rumah atau membiarkan anak-anak kecil bermain di jalanan, dibayangi malapetaka siang dan malam, tanpa mendapatkan perlindungan, maka apa yang dapat kita harapkan dari anak-anak yang mtidak mendaptkan kasih saying perhatian dan tanggung jawab ibu dan bapak? Tidak ada sesuatu yang dapat kita terima dari mereka kecuali kejahatan dan kenakalan. Terkecuali orang-orang yang dikasihani Tuhan, yang jumlahnya sangat sedikit. [5]
Ada faktor yang dapat mengurangi tingkat kenakalan remaja (faktor positif) dan ada juga faktor yang justru mendorong timbulnya kenakalan remaja (faktor negatif).
Faktor-faktor yang dapat mengurangi tingkat kenakalan remaja (faktor positif) di antaranya:
  1. Masih ada dan masih diakuinya norma-norma agama dan norma-norma sosial oleh sebagian besar anak-anak, remaja, maupun orang dewasa;
  2. Masih adanya selalu usaha-usaha ke arah penegakan norma yang berlaku di masyarakat;
  3. Daya tahan dan sikap menilai terhadap pengaruh negatif dari sebagian besar golongan di masyarakat masih kuat
  4. Susunan dan ikatan-ikatan sosial masyarakat Indonesia masih memungkinkan adanya kontrol terhadap pelanggaran-pelanggaran agama
Sedangkan faktor-faktor yang justru memungkinkan timbulnya kenakalan remaja (faktor negatif) antara lain:
  1. Situasi sosial politik yang kurang menguntungkan;
  2. Keadaan sosial ekonomi yang belum kuat;
  3. Suasana sosial psikologi yang belum stabil;
  4. Kesehatan fisik dan mental masyarakat yang belum mantap;
  5. Perkembangan teknologi yang belum seimbang dengan kesiapan mental masyarakat untuk menerimanya;
  6. Perkembangan komunikasi massa yang besar menyebabkan frekuensi peniruan yang besar.
B.     Penanggulangan Kenakalan pada Anak
2.4  upaya penanggulangan kenakalan pada anak
Upaya penanggulangan kenakalan remaja, dibedakan kedalam tiga upaya, yaitu:
  1. Upaya Preventif yakni membantu individu menjaga atau mencegah masalah bagi dirinya. Misalnya mendirikan tempat latihan untuk menyalurkan kreativitas anak, pembentukan klub olah raga, pembinaan mental dan spiritual, dan lain-lain.
  2. Upaya represif yakni dengan pemberian hukuman
  3. Upaya Kuratif yakni membantu individu memecahkan masalah dan menanggulangi yang sedang di hadapi atau di alaminya.
Allah berfirman:
Ÿwur (#qç/tø)s? |·Ïmºuqxÿø9$# $tB tygsß $yg÷YÏB $tBur šÆsÜt/ (

Artinya:
Dan  janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi.
Tindakan kuratif atau penanggulangan ini dengan prinsip untuk menolong para remaja agar terhindar dari pengaruh buruk lingkungan, dan nantinya dapat kembali lagi berperan dalam masyarakat.[6]
2.5  Langkah-langkah penanggulangan kenakalan pada anak
Langkah-langkah dalam penanggulangan kenakalan yang harus di tempuh dengan 2 (dua) langkah pembinaan yaitu pembinaan agama dan pembinaan prestasi.
1.                  Pembinaan Agama
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembinaan berarti “Pembaharuan atau Penyempurnaan” dan “Usaha” tindakan yang dilakukan secara efisien dan fektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.[7]
Kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua akan menjadi pengalaman yang berarti bagi remaja dalam perkebangan mereka. Dalam bukunya, Abdullah Nashih Ulwan mengemukakan syair sabagai berikut:
“(mengajarkan) budi pekerti itu bermanfaat ketika anak masih kecil, setelah itu (sesudah dewasa) tidaklah (ajaran) budi pekerti itu bermanfaat
Ranting yang kecil, bila engkau luruskan, luruslah ia. Tetapi kayu tidak akan bengkok kendati pun kau bengkokkan ia”[8]
Pembinaan Agama terbagi menjadi 3 (tiga) aspek meliputi:
a.       Pembinaan Aqidah
Aqidah secara bahasa berarti ikatan, secara terminologi berarti landasan yang mengikat yaitu keimanan. Aqidah juga sebagai ketentuan dasar mengenai keimanan seorang muslim, landasan dari segala prilakunya, bahkan aqidah sebenarnya merupakan landasan bagi ketentuan syariah yang merupakan pedoman bagi seseorang berprilaku di muka bumi.[9]
Dalam hal ini peran orang tua adalah menanamkan keimanan sejak dini hal ini pun dijelaskan dalam alqur’an surat Luqman ayat 13 :
øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ  
Artinya:
 Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Imam Al- Gazali menjelaskan secara khusus bagaimana menanamkan keimanan pada anak. Belaiau berkata, “Langkah pertama yang bisa diberikan kepada mereka dalam menanamkan keimanan adalah dengan memberikan hafalan. Sebab proses pemahaman harus diawali dengan hafalan terlebih dahulu. Ketika anak hafal akan sesuatu kemudian memahaminya, akan tumbuh dalam dirinya sebuah keyakinan dan akhirnya anak akan membenarkan apa yang telah dia yakini sebelumnya. Inilah proses pembenaran dalam sebuah keimanan yang dialami anak pada umumnya.[10]
Adapun langkah-langkah yang mesti kita lakukan adalah pola dasar pembinaan Aqidah anak adalah seperti berikut:
a)      Membacakan kalimat tauhid pada Anak,
Diriwayatkan oleh Al- Hakim dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jadikanlah kata-kata pertama yang diucapkan oleh seorang anak adalah Tauhid yaitu kalimat “La Ilaha Illallah” . dan bacakanlah kepada mereka ketika menjelang maut.[11]
Dan diriwayatkan pula oleh “Abdur Razzaq dalam kitabnya shannaf (Jil. IV. Hlm 334). Dari Abdul Karim Abu Umayyah, dia berkata: “Aku Rasulullah SAW mengajarkan anak-anak dari bani hasim yang telah mampu mengucapkan kata – kata sebanyak 7 kali dari kalimat: (QS. Al-Isra’ [17]: 111) yaitu:
È@è%ur ßôJptø:$# ¬! Ï%©!$# óOs9 õÏ­Gtƒ #V$s!ur óOs9ur `ä3tƒ ¼ã&©! Ô7ƒÎŽŸ° Îû Å7ù=ßJø9$# óOs9ur `ä3tƒ ¼ã&©! @Í<ur z`ÏiB ÉeA%!$# ( çn÷ŽÉi9x.ur #MŽÎ7õ3s? ÇÊÊÊÈ  
Artinya:
Dan katakanlah segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan dia bukan para hina yang memerlukan pertolongan. Dan agungkanlah dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya”.[12]
b)      Menanamkan kecintaan Anak kepada Allah, senantiasa meminta pertolongan dan pengawasan hanya kepada Allah serta yakin akan ketentuan Allah SWT.
c)      Menanamkan kecintaan anak kepada Nabi Muhammad SAW.
Para ulama besar terdahulu dan penerusnya telah berupaya untuk mencurahkan perhatiannya yang cukup serius dalam menanamkan kecintaan anak pada NabiSAW yang menjadi contoh teladan terbaik dalam seluruh ummat manusia di muka bumi ini. Sebab apa bila telah tertanam dalam jiwa anak kecintaannya pada Nabi SAW, akan menambah kecintaan anak pada agama Allah.
Sesuai dengan yang diriwayatkan oleh Thabrani, ibnu Najjar dan Ad. Dailani dari Ali bin Abi Thalib k. w. bahwasanya Rasulullah SAW Bersabda : “Didiklah anak-anakmu untuk melakukan 3 hal ini, mencintai Nabinya, mencintai keluarga nabi, dan membaca Al-qur’an” berkata Al-manawi bahwa hadis ini dhaif. Begitu juga dengan firman Allah Swt., di dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 21 disebutkan:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ  
Terjemahannya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
b.      Pembinaan Akhlaq
Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang kata asalnya khuluqun yang berarti: perangai, adat, atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara Atimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat, atau system prilaku yang dibuat.
Kata akhlaq bersumber dari kalimat yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 4:
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ    


Artinya:
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam [68]: 4)
 Akhlak karenanya secara kebiasaan  bisa baik ataupun buruk. Tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya. Meskipun secara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak baik.
Adapun pembinaan Akhlak kepada anak, yaitu:
a)      Pembinaan Budi Pekerti dan Sopan Santun.
b)      Pembinaan Bersikap Jujur
c)      Pembinaan menjaga Rahasia
d)     Pembinaan menjaga kepercayaan
e)      Pembinaan Menjauhi Sifat dengki
c.       Pembinaan Ibadah
Pembinaan anak dalam beribadah dianggap sebagai penyempurna dari pembinaan Aqidah karena nilai ibadah yang didapat oleh anak akan dapat menambah keyakinan akan kebenaran ajarannya atau dalam istilah lain, semakin tinggi nilai ibadah yang ia miliki, akan semakin tinggi pula keimanannya. Maka bentu ibadah yang dilakukan anak bisa dikatakan sebagai cerminan atau bukti nyata dari Aqidahnya.
Masa kecil anak bukanlah masa pembebanan atau pemberian kewajiban, tapi merupakan masa persiapan, latihan dan pembiasaan. Sehingga ketika mereka sudah memasuki masa dewasa yaitu pada saat mereka mendapatkan kewajiban dalam beribadah, segala jenis ibadah yang Allah wajibkan dapat mereka lakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Karena sebelumnya mereka sudah terbiasa melakukan ibadah tersebut.
Pembinaan dalam beribadah bagi anak ini terbagi dalam 4 dasar pembinaan, yang uraiannya adalah sebagai berikut:
a)      Pembinaan Ibadah Sholat
Pembinaan shalat ini bertahap mulai dari perintah melaksanakan shalat, anak mulai dikenalkan adanya kewajiban dalam melaksanakan shalat baik itu syarat sah shalat maupun rukun-rukun shalat serta larangan-larangannya, membiasakan anak menghadiri shalat jum’at, membawa anak ikut ke masjid dan mengikat anak dengan masjid.
b)      Pembinaan Ibadah Puasa
Puasa merupakan ibadah ritual yang berhubungan erat dengan proses peningkatan ruh dan jasad. Didalam ibadah ini anak diajarkan untuk mengenal semakin dalam makna sebenarnya dari bentuk keikhlasan dihadapan Allah SWT karena puasa bukan hanya mengajarkan anak untuk menahan diri dari haus dan lapar saja tapi juga dilatih untuk selalu bersikap sabar dan tabah.
c)      Pembinaan mengenai Ibadah Haji
Ibadah haji sama dengan rukun ibadah yang lainnya, tidak diwajibkan sepenuhnya pada anak. Melainkan sebagai sarana untuk melatih diri anak agar terbiasa dalam melaksanakan bentuk ibadah yang memerlukan ketabahan fisik yang kuat.
d)     Pembinaan Ibadah Zakat
Dengan mengeluarkan zakat ini, anak dikenalkan pada bentuk penyucian harta dan diri. Maka anak pun akan belajar mengenal arti tolong menolong yang merupakan kewajiban setiap manusia. Karena harta yang dikeluarkan akan disalurkan kepada mereka yang membutuhkan
2.Pembinaan Prestasi
Teori kebutuhan berprestasi menurut versi Al-Qur’an terdapat dalam surat Alam Nasyrah [94: 1-8]
óOs9r& ÷yuŽô³nS y7s9 x8uô|¹ ÇÊÈ   $uZ÷è|Êurur šZtã x8uøÍr ÇËÈ   üÏ%©!$# uÙs)Rr& x8tôgsß ÇÌÈ   $uZ÷èsùuur y7s9 x8tø.ÏŒ ÇÍÈ   ¨bÎ*sù yìtB ÎŽô£ãèø9$# #·Žô£ç ÇÎÈ   ¨bÎ) yìtB ÎŽô£ãèø9$# #ZŽô£ç ÇÏÈ   #sŒÎ*sù |Møîtsù ó=|ÁR$$sù ÇÐÈ   4n<Î)ur y7În/u =xîö$$sù ÇÑÈ  
                                                                                                                       Artinya:
1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, 2. dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, 3. yang memberatkan punggungmu? 4. dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, 5. karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, 6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. 7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, 8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.[13]
Selain pembinaan agama, pembinaan prestasi pun ikut berperan dalam menanggulangi kenakalan anak, diantaranya yaitu:
a)      Pembinaan Akademik
Prestasi akademik terhadap mata pelajaran di sekolah terutama pada anak usia sekolah dasar merupakan hal yang sangat mempengaruhi akan keberhasilan dalam pendidikan dimasa depan. Prestasi akademik yang baik pada saat sekolah dasar akan menjadi landasan untuk dapat mencapai ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Anak yang mengalami' gangguan dalam memusatkan perhatian, hal ini dapat berpengaruh terhadap kemampuannya dalam mengatasi pelajaran yang didapatkan di sekolah. Bila anak sulit un.tuk memusatkan perhatian maka akan terjadi hambatan dalam prestasi aliademik, terutama pada mata pelajaran yang membutuhkan konsentrasi. Hambatan ini apabila tak diatasi dengan tepat bias menyebabkan kegagalan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

b)      Pembinaan Keterampilan
Bakat kreatif-produktif. menggambarkan aspek-aspek kegiatan manusia dan keterlibatan di mana premi diletakkan pada pengembangan bahan asli dan produk yang sengaja dirancang untuk memiliki dampak pada satu atau lebih target khalayak. Situasi belajar yang dirancang untuk mempromosikan bakat kreatif-produktif menekankan penggunaan dan penerapan informasi (konten) dan keterampilan berpikir (proses) secara terpadu, induktif, dan berorientasi masalah-nyata.
c)      Pembinaan Olah Raga
Pembinaan ini adalah sesuatu yang amat mendasar dari kegiatan olah raga yaitu dilakukannya secara sukarela, tanpa paksaan dan menyenangkan di dalam banyak terkandung nilai-nilai positif yang sangat bermanfaat bagi individu maupun sosial. Manusia berolahraga sebagai totalitas dari fungsi jasmani dan kepribadiannya agar tidak ada perilaku yang menyipang dari anak.








ULASAN MENGENAI SEBAB-SEBAB KENAKALAN PADA ANAK

Bahwasannya sebab kenakalan anak/remaja. Memang sangat rawan dalam membimbing serta mengarahkan anak pada era modern sekarang ini serta perlu diketahui juga oleh para orang tua, sekolah, dan masyarakat hendaknya pendidikan agama menjadi perhatian bersama, terutama untuk membentuk akhlak dan mental anak-anak kita. Karena di zaman yang sekarang ini sudah semakin menipisnya nilai-nilai keagamaan kemudian mereka beranggapan agama pun bagi mereka tidak bisa dipastikan dan diberi suatu patokan karena dalam setiap kondisi kejiwaan anak dapat berubah-ubah. Di tambah lagi globalisme telah mengubah gaya hidup mereka dan akhlak masyarakat menjadi lebih bebas dan berani. Dalam hal ini peran agama memang cukup menarik untuk di kaji karena tidak terlepas dari tugas Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah. Mungkin, melalui agama dapat ditemukan nilai-nilai universal yang dapat berfungsi memberikan jawaban tentang tujuan hidup  bagi mereka di dunia yang dapat mengendalikan, mengarahkan, dan kontrol terhadap perkembangan sistem budaya dan peradaban modern. Dapat dikatakan juga bahwa betapa pentingnya peran agama dalam mengatasi problematika yang ada di dalam jiwa, sebab agama dapat menyembuhkan penyakit jasmani dan rohani.




KESIMPULAN



kenakalan siswa adalah perbuatan anak yang melanggar norma-norma, baik norma sosial, norma hukum, norma kelompok, mengganggu ketentraman masyarakat sehingga yang berwajib mengambil tindakan pengasingan. Secara luas, sebab-sebab kenakalan remaja dapat kita bedakan menjadi dua, yaitu sebab intern dan sebab ekstern. Selain sebab-sebab yang dapat menimbulkan kenakalan remaja, Banyak faktor yang mempengaruhi kenakalan diantaranya kemiskinan yang menerpa keluarga, disharmoni antara bapak dan ibu, dan perceraian dan kemiskinan sebagai akibatnya. Upaya penanggulangan remaja melalui  tiga upaya yaitu preventif, represif, dan kuratif. Kemudian dalam penanggulangan kenakalan yang harus di tempuh dengan 2 (dua) langkah pembinaan yaitu pembinaan agama dan pembinaan prestasi.










DAFTAR KEPUSTAKAAN

Djamaludin Ancok, Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami (Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, Cet. ke-6.
Majelis Ulama Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: TIM DISBINTALAD: PT. Sari Agung, 1994
Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah. Kairo: Al-Bayan,1988, Cet. ke-2.
Sudarsono, kenakalan remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, Cet. ke-4.
Zakiyah Drajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama, 1995, Cet. ke-2.
Aat Syafaat, Sogari Sahrani, Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2008, Cet. ke-1.
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, Jakarta: pustaka Amani, 1995, Cet. ke-2, jilid 1.
Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1993, Cet. ke-8.
Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah. Kairo: Al-Bayan, 1988, Cet. ke-2.





[1] Sudarsono, kenakalan remaja,(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet. ke-4, hlm. 120

[2] Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet. ke-4, hlm. 10
[3] Zakiyah Drajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995), Cet. ke-2, hlm. 35

[4] Aat Syafaat, Sogari Sahrani, Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008) Cet. ke-1, hlm. 75-76
[5] . Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, Jakarta: pustaka Amani, 1996, Cet. ke-2, jilid 1.

[6] Aat Syafaat, Sogari Sahrani, Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008) Cet. ke-1, hlm. 144
4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Ed III, Cet. ke-1, hlm. 152


[8] Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam (pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak), (Bandung: Rosda Karya, 1996), Cet. ke-3, hlm. 160.
[9]Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Cet. ke-8 , hlm. 317
[10] Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Kairo: Al-Bayan,1988), Cet. ke-2  hlm. 109
[11] Ibid., hlm. 115
[12] Majelis Ulama Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: TIM DISBINTALAD: PT. Sari Agung, 1994), hlm. 549

[13] Djamaludin Ancok, Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. ke-6, hlm. 87-88